0 Komentar

Makalah Tafsir Tarbawi (Visi dan Misi Manusia di Bumi – Surat Al Baqarah Ayat 30)

Makalah Tafsir Tarbawi (Visi dan Misi Manusia di Bumi – Surat Al Baqarah Ayat 30)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai hamba Allah (`abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi.Sebagai hamba Allah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan.Oleh karena itu, tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan berpasrah diri kepada-Nya. Tetapi sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah Maha Besar maka manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab dan otoritas yang sangat besar, oleh karenanya, sudah selayaknya manusia memperbagus amal kebajikan dan berusaha menjadi yang terbaik serta bermanfaat bagi orang lain.

Dalam menjadi khalifah tentu banyak ujian di alam dunia ini. Keberhasilan dalam menghadapi ujian tentu tergantung dari pribadi masing-masing. Apabila berhasil melalui ujian tentu Allah SWT janjikan di Jannah-Nya. Diangkat derajatnya setelah mengarungi ujian dari Sang Empunya Hidup.

Lebih lanjut, layaknya makhluk Allah SWT berupa kayu yang diuji oleh manusia. Banyak kayu yang tidak teruji, berada dilumpur yang kotor, dipotong untuk kayu bakar, dibakar karena tidak berguna atau lapuk, atau bahkan dibuang karena tidak bermanfaat.Sebaliknya kayu yang teruji, ditempa, dibentuk dengan aturan yang ditetapkan manusia. Maka kayu tersebut akan menjadi kursi, meja, meubelir yang bagus untuk selanjutnya memiliki nilai jual yang tinggi. Layaknya barang terbaik, tentunya si empunya barang akan menempatkannya di tempat yang baik, rumah yang mewah dan bagus, dan tentu akan ditempatkan di ruangan bagian depan.

Sebagai manusia, hamba Sang Khalik, tentu perintah Allah SWT harus kita laksanakan, dan tentu tak luput dari ujian dari Allah SWT. Bagi orang yang bersungguh-sungguh pastilah dunia ini tidak akan menyusahkan atau akan mengatakan bahwa dunia itu sempit. Mereka berusaha seoptimal mungkin menggapai ridho-Nya, menyadari bahwa dunia adalah tempat berperih, tempat berjuang dan tempat yang tidak mengenakkan (sebentar). Ada tempat kesempurnaan yang telah Sang Maha Janjikan.

Mereka itulah hamba Allah SWT yang mengikhlaskan diri akan hidupnya yang sebentar ini untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT dengan beribadah dan selalu berusaha dalam jalan kebaikan. Semoga kita semua digolongkan kedalam hamba-hamba Allah SWT yang dijanjikan surga-Nya. Amiin.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teori Khalifah di Muka Bumi

a.      Pengertian

Pengertian khalifah jika dilihat dari akar katanya berasal dari kata khalafa, yang berarti di belakang atau menggantikan tempat seseorang sepeninggalnya (karena yang menggantikan selalu berada atau datang di belakang, sesudah yang digantikannya), karena itu kata khalif atau khalifah berarti seorang pengganti. Al-Raghib al-Isfahani menjelaskan bahwa menggantikan yang lain berarti melaksanakan sesuatu atas nama yang digantikan, baik bersama yang digantikannya maupun sesudahnya.  Lebih lanjut, Al-Isfahani menjelaskan bahwa kekhalifahan tersebut dapat terlaksana akibat ketiadaan di tempat, kematian, atau ketidakmampuan orang yang digantikan, dan dapat juga akibat penghormatan yang diberikan kepada yang menggantikan. Kata al-khalifah jugamemiliki arti al-imârat yaitu kepemimpinan, atau alsulthân yaitu kekuasaan.

Menurut KBBI, khalifah berarti wakil (pengganti) Nabi Muhammad saw. setelah Nabi wafat (dalam urusan negara dan agama) yang melaksanakan syariat (hukum) Islam dalam kehidupan Negara, (gelar) kepala agama dan raja di negara Islam.

b.     Tanggung jawab manusia sebagai khalifah

Jika tugas manusia sebagai khalifah (pemimpin), tentu ia harus dapat membangun dunia ini dengan sinergis, dapat melakukan perbaikan-perbaikan, baik antara dirinya dengan alam, maupun antar sesame manusia itu sendiri. Seorang pemimpin dengan kekuasaan yang diberikan kepadanya, kemampuan untuk mengolah dan mengeksplorasi alam, maka sebenarnya ia takboleh semena-mena terhadap alam dan sesame manusia, ia harus mengelola dengan baik dan harus menjadi suri tauladan yang  baik.

B. Tafsir QS.Al-baqarah ayat 30

1.     Tafsir Jalalain
2.     Tafsir Ibnu Katsir
3.     Tafsir Al-Maraghi

Kandungan ayat ini sama dengan ayat-ayat sebelumnya, yakni menjelaskan nikmat-nikmat Allah. Diciptakannya Nabi Adam dalam bentuk yang sedemikian rupa di samping kenikmatan memiliki ilmu dan berkuasa penuh untuk mengatur alam semesta serta berfungsinsebagai khalifah Allah di bumi, hal tersebut merupakan nikmat yang paling agung dan harus disyukuri oleh keturunannya dengan cara taat keada Allah dan tidak ingkar kepadaNya, termasuk mejauhi kemaksiatan yang dilarang Allah.

a.      Pendapat ulama salaf

Mereka berpendaat bahwa makna ayat-ayat ini sepenuhnya diserahkan kepada Allah SWT. Jadi dialog yang disajikan tersebut, kita tidak bisa mengetahui hakekat makna yang sebenarnya. Tetapi yang jelas, Allah telah menyediakan dunia ini untuk Adam yang oleh Allah telah dianugerahi keistimewaan dan keutamaan.

b.     Pendapat ulama mutaakhirin

Mereka lebih cenderung menakwilkan ayat mutasyabih yang berkaitan dengan masalah kaidah-kaidah agama.Sebab pada prinsipnya kaidah tersebut diletakkan berdasarkan pengertian akal. Jadi jika ada dalil-dalil nash yang bertentangan dengan akal rasio maka nas tersebut ditakwilkan dengan pengertian tidak seperti lahiriyah nash, tetapi disesuaikan dengan pengertian akal rasio.

Berdasarkan ini maka kisah yang ada di dalam Al-Qur’an tadi diungkapkan dalam bentuk tamsil agar lebih mudah dipahami manusia, khususnya mengenai proses kejadian Adam dan keistimewaannya. Untuk maksud tersebut Allah memberitahukan kepada malaikat bahwa Allah akan menciptakan khalifah dibumi. Para malaikat merasa terkejut, mereka bertanya kepada Allah dengan cara dialog. Mereka menghadap Allah agar diberi pengetahuan tentang makhluk-Nya ini.Pernyataan malaikat ini seakan mengatakan, kenapa Tuham menciptakan jenis makhluk ini dengan bekal iradah (kehendak) yang mutlak (tak terbatas) dan ikhtiyar (usaha) yang tak terbatas pula? Sebab, sangat mungkin jika ia mempergunakan iradahnya akan bertentangan dengan maslahat dan hikmah yang berakibat fatal, yakni kerusakan.

Kesimpulannya, malaikat jelas ingin tahu hikmah dibalik penciptaan makhluk jenis manusia ini, karena jenis ini akan melakukan pertikaian selama didunia. Para malaikat  ingin pula mengetahui rahasia yang mengakibatkan Allah mengesampingkan mereka yang hanya bertasbih dan menyucikan-Nya. Kemudian Allah menjelaskan bahwa Allah telah menganugerahi manusia suatu rahasia  yang tidak pernah diberikan kepada malaikat.
                       
C.    Aplikasi dalam Kehidupan

Tugas manusia sebagai khalifah atau menjadi pemimpin di bumi hendaknya selalu di laksanakan atau diaplikasikan ke dalam kehidupan.Seperti , mengelola bumi (lingkungan tempat tinggal) dengan sebaik-baiknya agar bermanfaat bagi manusia itu sendiri juga makhluk Allah yang lainnya, tidak merusak bumi dengan menguntungkan diri sendiri tetapi selalu menjaganya agar senantiasa terjaga dari kerusakan yang akan berakibat buruk dikemudian hari. Selain menjadi pemimpin alam, manusia juga diberi tugas memimpin manusia. Seperti saling ingat-mengingatkan dalam kebaikan, juga memimin umat manusia agar senantiasa menuju  jalan yang benar.

D.    Aspek Tarbawi

1.     Hendaknya manusia mengetahui awal penciptaan manusia dan tujuan diciptakannya manusia.
2.     Manusia harus mengerti tugasnya sebagai khalifah yaitu mengelola apa yang ada di alam ini.
3.   Hendaknya kita bertanya jika tidak tahu sebagaimana malaikat menanyakan tentang manusia sebagai khalifah kepada Allah.
4.     Hendaknya kita bertawakkal kepada Allah

BAB III
PENUTUP

Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan ummat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Allah untuk manusia.Sebagai hamba manusia adalah kecil, tetapi sebagai khalifah Allah, manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, manusia dilengkapi Tuhan dengan kelengkapan psikologis yang sangat sempurna, akal, hati, syahwat dan hawa nafsu, yang kesemuanya sangat memadai bagi manusia untuk menjadi makhluk yang sangat terhormat dan mulia, disamping juga sangat potensil untuk terjerumus hingga pada posisi lebih rendah dibanding binatang.


Selengkapnya :

Download Makalah Tafsir Tarbawi (Visi dan Misi Manusia di Bumi – Surat Al Baqarah Ayat 30)




Lihat Makalah Lain :




Post a Comment

 
Top