0 Komentar

Makalah Hadis Tarbawi (Etika Mengajar)

Makalah Hadis Tarbawi (Etika Mengajar)


BAB I
PENDAHULUAN

Pada dasarnya, seorang pengajar harus memiliki sifat kepribadian yang positif. Bagaimanapun alasannya seorang pengajar  harus memiliki sifat kelebihan pada anak didiknya. Karena dia bertugas mendidik dan mengajar anak-anak didik, serta mengantarkannya menuju keberhasilan tujuan yang dicita-citakan yakni memiliki kepribadian yang bertaqwa kepada Allah SWT. Sulit rasanya seorang pengajar mampu membawa anak didiknya menuju keberhasilan tujuan pendidikan tersebut, jika seorang guru atau seorang pengajar telah terlebih dahulu memiliki sifat-sifat kepribadian (etika sebagai pengajar) tersebut.

Seorang pengajar di samping keberadaannya sebagai figur contoh (figur centered) di hadapan anak didik, dia juga harus mampu mewarnai dan mengubah kondisi anak didik dari kondisi yang negatif menjadi yang positif jadi keadan yang kurang baik menjadi lebih baik. Guru atau pengajar terhadap anak didik bagaikan orang tua terhadap anak-anaknya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu Hurairah yang artinya “sesungguhnya aku menempati posisi orang tuamu. Aku mengajarmu.” Pengertian bagaikan orang tuaadalah mengajar, membimbing, dan mendidik anak-anak seperti yang pada umumnya dilakukan oleh orang tua.

Seorang pengajar (guru disekolah) perlu menyadari bahwa ia melaksanakan tugas yang diamanahkan oleh Allah dan orang tua peserta didik. Mendidik anak harus didasarkan pada rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, pengajar (guru) harus memperlakukan peserta didiknya bagaikan anaknya sendiri. Ia harus berusaha dengan ikhlas agar peserta didik dapat mengembangkan potensinya secar maksimal. Sebagai seorang pengajar tidak boleh merasa benci kepada peserta didik karena sifat-sifat yang tidak disenanginya.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah pembahasan hadits tentang pendidikan yang berjudul “Etika Pengajar”. dalam makalah ini akan dibahas tentang hadits pendidikan yaitu etika pengajar. Berikut pembahasannya.

BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian  

a.       Etika
b.      Pengajar

2.      Teori Pendukung

a.       Etika Sorang Pengajar

1)      Ikhlas
2)      Displin
2.      Tepat Waktu
3.      Tegas
4.      Tanggung Jawab
3)      Mampu Mengontrol Emosi
4)      Pengampun dan pemaaf
5)      Tawadhu’
6)      Rahmat (Kasih Sayang)
7)      Sabar

3.      Materi Hadis

عَنْ عُبَا دَةَ بْنِ الصَّا مِتِ قَالَ عَلَمْتُ نَاسًا مِنْ أَهْلِ الصُّفَّةِ الْقُرْأَنَ وَالْكِتَابَةَ فَأَهْدَى إِلَيَّ رَجُلٌ مِنْهُمْ قَوْسًا فَقُلْتُ لَيْسَتْ بِمَالٍ وَأَرْمِي عَنْهَا فِي سَبِيْلِ اللهِ فَسَعَأَلْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْهَا فَقَالَ إِنْ سَرَّكَ أَنْ تُطَوَّقَ بِهَا طَوْقًا  مِنْ نَارٍ فَاقْبَلْهَا (أخر جه ابن ماجة)

Artinya :  “Dari Ubadah bin Shamit berkata: Aku telah mengajar orang-orang yang membaca al-Quran. Seseorang di antara mereka memberiku hadiah sebuah busur panah (bukan harta) jadi dapat aku gunakan memanah di jalan Allah. Aku mendatangi Rasulullah Saw dan menanyakan hal ini. Aku datang dan bertanya: Wahai Rasulullah Saw seorang telah menghadiahkan aku sebuah busur panah dari orang-orang yang telah aku ajarkan membaca al-Quran, ia bukan harta (yang mahal) dan dapat aku gunakan memanah di jalan Allah. Nabi bersabda: “jika engkau senang di kalungi dengan kalung api neraka maka terimalah.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)

4.      Refleksi dalam Kehidupan

Seorang guru akan pastinya akan senantiasa berdiri dikhalayak ramai, hadapan para guru lain, murid-murid dan juga ibu bapak murid itu sendiri. Dalam proses mengajar dan memahami murid, guru hendaklah menggunakan kata-kata yang sesuai dan mudah dipahami oleh mereka. Selain itu, guru juga perlu mengetahui tahap pemikiran anak-anak murid mereka agar ucapan yang disampaikan boleh diterima dan dapat diaplikasikan kelak, serta menggunakan laras bahasa yang tepat.

Terdapat berbagai etika sosial dan protokol dalam proses menjadi guru yang cemerlang. Ia termasukkah semasa proses pengucapan awam ataupun semasa proses pengajaran dan pembelajaran, kesantunan bahasa dalam menyampaikan isi dan kemahiran mendengar secara efektif. Selain itu, guru juga hendaklah tidak boleh melupakan tertib di meja makan, terutamanya semasa majlis-majlis formal dan rasmi, dan juga etika pemakaian, di mana guru hendaklah mengikut tertib dan pakaian yang betul mengikut tema majlis.

Guru juga hendaklah mempunyai kemahiran pengurusan dan perubahan diri. Seperti contoh, guru boleh menyesuaikan diri dan mengadaptasi diri dalam budaya masyarakat yang baru apabila dihantar untuk mengajar ke tempat yang baru kelak. Guru juga boleh melakukan perubahan pada diri sendiri jika berhadapan dengan masalah yang baru, dan senantiasa mencari jalan penyelesaian dengan pikiran yang positif dan rasional.

Namun begitu, apa yang penting, guru dapat menunjukkan kepekaan mereka terhadap segala aktivitas yang berlaku disekitar mereka, dan memberikan tidak balas yang rasional. Juga, menunjukkan kemahiran yang baik dan tinggi dalam bidang pengurusan hubungan dengan masyarakat sekolah dan luar, juga kepada semua pihak yang berkaitan seperti komuniti pendidikan yang ada di Malaysia, sama ada peringkat rendah, menengah, mahupun peringkat tinggi. Selain itu, komitmen yang penting semasa menjalankan tugas sebagai seorang guru, ataupun tugas-tugas lain seperti juru latih, guru bertugas, atau guru disiplin hendaklah ditunjukkan dengan baik dan cemerlang agar dapat melaksanakan peranan tersebut dengan ikhlas.


5.      Aspek Tarbawi

a. Perintah untuk seorang pendidik bersifat ikhlas dalam mengajarkan ilmunya.
b. Islam mengajarkan kepada umatnya agar hidup disiplin dengan bekerja keras, bersungguh-sungguh, jujur, hidup teratur, dan memperoleh waktu sebaik-baiknya agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
b. Perintah bersifat tawadhu’ (rendah hati)dalam ilmu, terutama ketika tidak mengetahui suatu ilmu katakanlah apa adanya “Aku tidak tahu” dan “Allah lebih tahu”.
c. Larangan memungut bayaran dari murid yang miskin untuk penggajian atau upah guru yang mengajar al-Quran
c. Larangan menerima gaji bagi pengajar yang dari awal berniat menjadi sukarelawan atau pengajaran fardhu ‘ain.


BAB III
PENUTUP

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa etika ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa Yunani, ethos berarti adat kebiasaan. Etika dipandang sebagai sarana orientasi bagi usaha manusia untuk menjawab pertanyaan fundamental mengenai “bagaimana saya harus dan bertindak” (Ya’kub, 1996:2). Sementara, pengajar dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensinya, baik potensi afiktif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Beberapa etika sebagai seorang pengajar yang dikemukakan dalam makalah ini adalah pengajar haru memiliki sifat yang ikhlas dalam mengajar;disiplin; mampu mengontrol emosi; pengampun dan pemaaf; tawadhu’; kasih sayang; serta sabar.

Dengan demikian, komitmen yang penting semasa menjalankan tugas sebagai seorang guru, ataupun tugas-tugas lain seperti juru latih, guru bertugas, atau guru disiplin hendaklah ditunjukkan dengan baik dan cemerlang agar dapat melaksanakan peranan tersebut dengan ikhlas.




Selengkapnya




Lihat Maklah Lain :   




Post a Comment

 
Top