0 Komentar
Untuk anda yang ingin mendownload filenya, berbentuk (.docx)
Silahkan klik link dibawah ini!.

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Madrasah Aliyah Negeri Batang berdiri sejak 16 Oktober 2004, di Kelurahan Karangasem Jl.Mayjen Sutoyo no.1.  Diprakarsai oleh Drs.H.Mulyono selaku Kabag TU kanwil Depag kanwil provinsi Jawa tengah. Madrasah Aliyah Negeri ini mengedepankan pembelajaran mengenai Agama Islam.Secara substansial mata pelajaran SKI memiliki kontribusi dalam memberikan  motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.

Dalam kajian telaah materi pendidikan ini kami mengambil judul makalah mengenai telaah materi pendidikan sejarah kebudayaan Islam di MAN BATANG, karena untuk mengkaji pembelajaran SKI di Madrasah Aliyah berdasarkan silabus, program tahunan, program semester, dan rencana pelaksanaan pembelajaran, mengkaji lebih dalam mengenai pembelajaran SKI di MAN BATANG, karena menjadi satu-satunya Madrasah Aliyah Negeri yang ada di Batang, serta kami sudah mengenal guru yang mengajar SKI di MAN Batang. Sehingga mempermudah kami dalam mengkaji telaah materi SKI yang ada di sana.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pelaksaaan pembelajaran SKI di MAN Batang?
2.      Bagaimana kesesuaian antara indikator dengan metode dalam pembelajaran?
3.      Apa permasalahan yang ada dalam prota, promes, silabus, kaldik dan RPP?
BAB II
PEMBAHASAN
A.       Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksaaan pembelajaran sejarah kebudayaan Islam kelas XII semester 1 di MAN, dalam pembelajaran khususnya materi memahami perkembangan Islam di Indonesia ini dilakukan seperti halnya yang sudah tertulis dalam RPP. Dalam tinjauan kami mengkaji pembelajaran SkI berdasarkan wawancara kami dengan ibu Dyah Luthfi memberikan penjelasan bahwa apa yang tertulis dalam RPP itu dilaksanakan, namun bila kondisi kelas saaat itu kurang kondusif metode yang diambil juga divariasikan sesuai dengan keadaan yang ada.   
Dalam indikator tertulis beberapa poin dalam pencapaian hasil belajar, di dalam kelas dilaksanakan sesuai apa yang ada di RPP, pada      kenyataannya diterapkan pembelajaran di kelas, materi yang disampaikan  bisa dipahami oleh siswa dengan metode yang ada.[1]
1.      Materi (Memahami Perkembangan Islam di Indonesia)
1.      Ulama-ulama Awal di Indonesia
a.       Hamzah Fansuri
Hamzah Fansuri hidup pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, sekitar tahun 1590. Pengembaraan intelektualnya tidak hanya di Fansur, Aceh, tetapi juga ke India, Persia, Makkah dan Madinah. Karena itu ia menguasai berbagai bahasa selain bahasa Melayu. Dalam pengembaraannya itu, ia sempat mempelajari ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, sejarah dan sastra Arab. Usai menjalani pengembaraan intelektualnya, Hamzah Fansuri kembali ke kampung halamannya di Fansur, Aceh,untuk mengajarkan keilmuan Islam yang diperolehnya dari guru-guru yang didatanginya di negeri-negeri yang telah disinggahi. Ia mengajarkan keilmuan Islam tersebut di Dayah (Pesantren) di Obob Simpangkanan, Singkel.
Hamzah Fansuri bukan hanya sebagai seorang ulama, sufi dan sastrawan terkemuka, ia juga sebagai perintis pengembangan peradaban Islam di Nusantara. Dalam bidang keilmuan tafsir, Hamzah Fansuri telah mempelopori penggunaan metode ta’wil. Hal ini dapat dilihat dari karyanya Asrarul Arifin.
b.        Syamsudin Al-Sumatrani
Syamsudin Al-Sumatrani merupakan salah seorang ulama terkemuka di Aceh dan Nusantara yang hidup pada abad ke-16. Syamsudin Al-Sumatrani memiliki peran dan posisi penting di istana kerajaan Aceh Darussalam, karena is berprofesi sebagai Qadli (Hakim Agung), juga kedekatannya dengan Sultan Iskandar Muda sebagai seorang Syeikh Al Islam. Syeikh Al Islam merupakan gelar tertinggi untuk ulama, kadi, imam atau syeikh, penasihat raja, imam kepala, anggota tim perundingan dan juru bicara Kerajaan Aceh Darussalam. Karya-karya Syamsudin Al-Sumatrani adalah : Jaubar Al-Haqaid, Risalah Al-Baiyyin al-Mulahaza Al-Muwahhidin Wa Al-Mubiddinfi Dzikr Allah, Mir’ah Al-Mukminin, Syarah Ruba’i Hamzah Fansuri, Syarah Syair Ikan Tongkol.
c.        Nuruddin Ar-Raniri
Nuruddin Ar-Raniri dilahirkan di Ranir (sekarang Render), sebuah pelabuhan tua di Gujarat. Ayahnya berasal dari keluarga imigran Arab Hadramy, Arab Selatan, yang menetap di Gujarat India. Meskipun ia keturunan Arab, Ar-Raniri dianggap lebih dikenal sebagai seorang ulama Melayu dari pada India atau Arab.
Ar-raniri diangkat sebagai Syeikh Al Islam, pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Tsani. Dengan memperoleh dukungan dari sultan, Ar-Raniri mulai melancarkan berbagai pembaruan pemikiran Islam di tanah Melayu, khususnya di Aceh. Selama lebih kurang tujuh tahun, ia menentang doktrin wujudiah yang diajarkan oleh Hamzah Fansuri dan Syamsudin Al-Sumatrani. Diantara karya Ar-Raniri adalah Shiratal Mustaqiem dalam bidang tasawuf, dan Durratul Aqaid bisyarbil-Aqaid dalam bidang akidah Islam.
d.      Abdurrauf Singkel
Abdurrauf Singkel lahir di Singkel pada tahun 1024 H/1615 M. Ia memperoleh pengetahuan Islam dari ayahnya yang seorang ulama. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya di Banda Aceh. Setelah itu melanjutkan ke Haramain pada tahun 1052 H/1642 M. Abdurrauf kembali ke aceh pada tahun 1584 H/1661 M. Karyanya yang paling terkenal adalah Tafsir Tarjuman Al-Mustafid (Tafsir Penafsir yang Bermanfaat) dan Al-Miratu Thulab fi tashilil Ma’rifatul Ahkamus Syar’iyyah lil Malikil Wahhab (Cermin Mudd untuk Memudahkan Pengetahuan tentang Hukum Syari’at yang Dihadiahkan kepada raja) dalam bidang fikih muamalah.
e.         Syeikh Muhammad Yusuf Al-Makassari
Muhammad Yusuf bin Abdullah Abul Mahasin Al-Tajul-Khalwati Al-Makassari, dilahirkan di Moncong Loe, Gowa, Sulawesi Selatan pada tanggal 3 Juli 1626 M/1037 H. Ia berasal dari keluarga yang taat beragama. Ia belajar bahasa Arab, fikih, tauhid, dan tasawuf kepada Sayid Ba Alwi bin Abdullah Al-‘Allaham Al-Thahir, seorang Arab yang menetap di Bontoala. Setelah berusia 15 tahun, ia melanjutkan pelajarannya di Cikoang dengan Jalaluddin Al-Aydid, seorang guru pengembara, yang datang dari Aceh ke Kutai, sebelum sampai di Cikoang.
Diantara karyanya adalah menyalin kitab Ad-Durrah Al-Fakbira (Mutiara yang Membanggakan), dan Risalah fil-Wujud (Tulisan tentang Wujud)
2.      Nama-Nama Walisongo
Sekalipun masih terdapat perbedaan pendapat tentang nama-nama walisongi, namun yang lazim diakui sebagai walisongo sebagai berikut:
a.     Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik.
b.    Raden Rahmat atau Sunan Ampel.
c.     Raden Maulana Makhdum Ibrahim.
d.    Raden Mas Syahid atau Sunan Kalijaga.
e.     Raden paku (Raden Ainul Yakin ) atau Sunan Giri.
f.     Raden Kosim Syarifudin atau Sunan Drajat Sedayu.
g.    Raden Ja’far Sadiq atau Sunan Kudus.
h.    Raden Said (Raden Prawoto) atau Sunan Muria.
i.      Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
3.      Peranan Walisongo Dalam Penyebaran Islam Di Indonesia
Agama Islam pertama kali masuk ke Indonesia melalui Sumatera, selanjutnya penyiaran agama Islam berkembang ke pulau-pulau lain di Nusantara. Pada sisi lain ada yang menyatakan penyebaran Islam di Jawa dirintis oleh para saudagar muslim dari Malaka. Malaka merupakan kerajaan Islam yang mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Mansur Syah.para saudagar muslim pada mulanya merambah ke pesisir utara Jawa.  Di daerah-daerah Demak, Jepara, Tuban, Gresik, dan Giri. Melalui perdagangan orang Jawa mengenal Islam.
Walisongo sebagai jantung penyiaran Islam di Jawa. Ajaran walisongo memiliki pengaruh yang besar dikalangan masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa memberikan gelar sunan pada walisongo. Kata sunan diambil dari kata susuhunan yang artinya, “ yang dijunjung tinggi/dijunjung di atas kepala”. Walisongo merupakan sembilan ulama yang merupakan pelopor dan pejuang  penyiaran Islam di Jawa pada abad  ke 15 dan 16.
Proses islamisasi Jawa adalah hasil perjuangan dan kerja keras para walisongo. Proses islamisasi ini sebagian besar berjalan secara damai, nyaris tanpa konflik, baik politik maupun kultural. Meskipun terdapat konflik, skalanya sangat kecil sehingga tidak mengesankan sebagi perang, kekerasan, ataupun pemaksaan budaya, penduduk Jawa menganut Islam secara sukarela.
Kehadiran walisongo bisa diterima dengan baik oleh masyarakat, karena walisongo mernerapkan metode dakwah yang akomodatif dan lentur. Kedatangan para wali di tengah-tengah masyarakat Jawa tidak dipandang sebagai sebuah ancaman. Para wali menggunakan unsur budaya lama (Hindu Budha) sebagai media dakwah. Dengan sabar sedikit demi sedikit walisongo memasukkan nilai-nilai ajaran Islam ke dalam unsur-unsur lama yang sudah berkembang. Metode ini disebut dengan metode sinkretis.
Walisongo telah menunjukkan peranan yang sangat berharga dalam menyiarkan Islam di tanah Jawa. Melihat keberhasilan dakwah walisongo, maka sebagai generasi muda Islam, harus dapat meneladani kepribadiannya diantaranya melalui:
1.      Sebagai generasi muda harus senantiasa mempertebal keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, karena hal itu adalah modal yang paling utama yang harus dimilki.
2.      Tuntutan prkembangan zaman mengharuskan generasi muda untuk memperdalam penguasaan ilmu, baik ilmu agama maupun pengetahuan lainnya. Sehingga dapat memberikan maanfaat kepada masyarakat yang lainnya.
3.      Untuk mendapat kemuliaan dihari esok, maka generasi muda harus bersedia  berjuang dalam rangka meninggikan agama Allah, sesuai bidang yang ditekuninya.
4.      Mengembangkan jalinan silaturahim dengan cara-cara bijaksana, sehingga akan melahirkan ukhwah islamiyah.
5.      Diperlukan keahlian untuk menyampaikan kebenaran dan kebaikan dengan menggunakan cara-cara yang cerdas dan simpatik, sehingga mudah diterima orang lain menjadi sasaran dakwah.
6.      Dalam situasi dan keadaan senantiasa menunjukkan kepribadian yang luhur serta menghindarkan diri dari sifat-sifat yang kurang terpuji.


4.      Peranan Walisongo dalam Pengembangan Islam di Indonesia
Dalam pengembangan Islam di Indonesia walisongo memiliki pendapat yang khas dalam melakukan dakwah kepada khlayak. Mereka mampu memahami secara detail kondisi sosio-kultural masyarakat Jawa. Terdapat budaya lama yang telah dikembangkan dimodifikasi para wali, misalnya:
1.      Sunan Kalijaga membolehkan pembakaran kemenyan. Semula pembakaran kemenyan menjadi  sarana dalam upacara penyembahan para dewa tetapi oleh Sunan Kalijaga fungsinya dirubah sebagi pengharum ruangan ketika seorang muslim berdo’a. Dengan suasana ruangan yang harum itu, diharapkan doa dapat dilaksanakan dengan lebih khusyuk.
2.      Sunan Kudus melarang penyembelihan lembu bagi masyarakat muslim di Kudus. Larangaan ini adalah bentuk toleransi terhadap adat istiadat serta watak masyarakat setempat yang sebelumnya yang masih kental dengan agama Hindunya, dalam keyakinan Hindu, lembu termasuk binatang  yang dikeramtkan dan suci.
3.      Para wali mengadopsi bentuk atap masjid yang bersusun tiga, yang merupakan peninggalan tradisi lama (Hindu). Namun, para wali memberikan penafsiran baru terhadap bentuk atap susun tersebut. Bentuk atap itu merupakan melambangkan Iman, Islam, dan Ihsan.
Apa yang sudah disebutkan merupakan beberapa contoh  akomodasi yang dikembangkan oleh para wali dalam melaksanakan dakwah islam di Jawa khususnya. Namun demikian sesungguhnya kontribusi walisongo dalam pemyiaran Islam di Jawa sangat besar sesuai kapasitas personal yang dimiliki.



B.     Metode
Dalam pembelajaran SKI sesuai RPP menggunakan ceramah guru menjelaskan dulu materi yang dipelajari. Selanjutnya metode everyone is teacher here. Metode ini guru memberikan potongan kertas kepada siswa untuk menuliskan pertanyaan lalu pertanyaan tadi dikumpulkan dan dibagi secara acak. Kemudian guru mempersilahkan siswa satu persatu untuk menjawab pertanyaan tadi, dan siswa yang lain untuk menjawab dengan unjuk jari secara berebutan. Guru memberikan nilai di papan  tulis apabila siswa menjawab dengan benar. Kemudian selanjutnya guru  menggunakan metode inkuiri mempersilahkan siswa untuk menelaah dan menjelaskan kembali materi yang sudah dipelajari.
C.    Evaluasi
Pada pembelajaran ini guru mengevaluasi siswa menggunakan tes tertulis dan tes lisan.
Tes tertulis dengan membuat kesimpulan tentang materi yang dipelajari dan mengerjakan soal-soal latihan. Sedangkan  tes lisan dengan menjelaskan kembali materi yang telah dipelajari.
Pembelajaran materi SKI yang dilangsungkan sesuai apa yang ada pada silabus, RPP, prota dan promes.











BAB III
ANALISIS

Dari hasil analisis kami mengenai mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam di MAN BATANG, kami menemukan adanya kelebihan dan kekurangan.
A.    Kelebihan:
1.      Dalam metode pembelajaran SKI menggunakan metode pembelajaran aktif (every one is a teacher here dan inkuiri), tidak hanya monoton menggunakan metode ceramah saja, metode yang tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual. Metode ini memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk berperan sebagai guru bagi kawan-kawanya sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual. Metode ini memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk berperan sebagai guru bagi kawan-kawanya
2.      Nilai karakter yang akan dicapai dalam pembelajaran SKI sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
3.      Langkah pembelajarannya menarik berdasarkan metode yang diambil.
4.      Pada materi pembelajaran SKI sudah sesuai dengan apa yang tertuliskan pada RPP.
B.     Kekurangan:
1.      Pada kegiatan awal di RPP setelah guru memberikan salam, tidak memeriksa kehadiran siswanya.
Solusi: guru sebaiknya di dalam RPP menulis kegiatan untuk memeriksa kehadiran siswa.
2.      Alokasi waktu pada RPP dan silabus tidak sesuai dengan prota dan promes.
Solusi : penentapan alokasi waktu seharusnya disamakan antara di silabus, RPP, prota dan promess.
3.      Pada RPP penulisan sumber pembelajaran tidak diperjelas buku yang diambil.
Solusi: seharusnya pada RPP sumber pembelajaran dicantumkan identitas bukunya.


















BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pelaksaaan pembelajaran sejarah kebudayaan Islam kelas XII semester 1 di MAN, dalam pembelajaran khususnya materi memahami perkembangan Islam di Indonesia ini dilakukan seperti halnya yang sudah tertulis dalam RPP.
Pencapaian indikator dengan metode yang variasi ini memudahkan siswa dalam menangkap pembelajaran yang diberikan oleh guru sehingga keberhasilan dalam pencapaian indikator bisa tercapai.
Antara prota, promes, silabus, kaldik dan RPP  terdapat permasalahan ketidaksesuaian pada alokasi waktu yang ditentukan.  Pada RPP penulisan sumber pembelajaran tidak diperjelas buku yang diambil. Pada kegiatan awal di RPP setelah guru memberikan salam, tidak memeriksa kehadiran siswanya.
B.     Saran
1.      Saran untuk guru.
Guru hendaknya memperhatikan lebih detail mengenai pembuatan silabus, RPP, prota dan promes, sehingga tidak ada kekeliruan dalam penulisan dan bisa dibaca dengan baik untuk para penelaah selanjutnya.
2.      Saran untuk pengkaji selanjutnya.
Untuk pengkaji selanjutnya supaya dalam pengkajian lebih detail dalam menelaah sehingga kekurangan yang ada di dalam kajian bisa teratasi mendapatkan solusi yang tepat.



DAFTAR PUSTAKA

Sabri, Ahmad. 2005. Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching. Ciputat: Quantum Teaching.
Subchi, Imam. 2007. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Yudhistira.
Wawancara dengan guru SKI ibu Dyah Luthfi H, S,Ag. pada 13 Maret 2015.




[1] Hasil wawancara dengan ibu Dyah Lufhi, S.Ag tanggal 13 Maret 2015, pukul 10.00 WIB di ruang guru.

Post a Comment

 
Top